Kanker Serviks: Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya
Kanker serviks (kanker leher rahim) menyumbangkan sekitar 10% kematian wanita karena kanker. Menurut WHO, penderita kanker ini pada tahun 2015 mencapai 92.000. Jumlah ini diperkirakan meningkat setiap tahunnya.
Walaupun cukup banyak pula kasusnya pada wanita yang sudah lanjut usia, kanker serviks kerap kali menyerang wanita muda di usia 20-an. Di artikel ini, kami akan menjelaskan gejala, penyebab, dan pengobatan penyakit tersebut.
Gejala Kanker Serviks
Seperti halnya jenis kanker lainnya, kanker serviks tidak memberikan tanda-tanda fisik yang begitu terlihat sebelum memasuki stadium tinggi. Oleh karenanya, cukup penting untuk para wanita melakukan screening secara berkala.
Wanita seringkali menghubungkan gejala kanker serviks dengan hal lainnya seperti pengaruh siklus menstruasi, infeksi jamur, dan infeksi saluran air seni.
Namun, ada baiknya untuk para wanita memeriksakan dirinya apabila:
- Terjadi pendarahan tidak normal – Normalnya darah hanya akan keluar pada saat menstruasi. Namun, jika terjadi pendarahan diluar siklus menstruasi, seperti setelah melakukan hubungan seksual atau setelah terjadinya menopause, hal tersebut sudah dikatakan tidak normal.
- Keluar cairan yang jumlah, warna, dan baunya tidak normal seperti cairan yang berwarna pucat, cokelat, atau merah muda.
- Nyeri pada saat melakukan hubungan seksual
- Buang air kecil menjadi lebih sering walaupun minum dengan normal, juga terasa nyeri saat buang air kecil.
- Adanya perubahan lama waktu menstruasi menjadi lebih lama, atau darah menstruasi keluar dalam jumlah sangat banyak
- Sering merasa nyeri pada bagian panggul atau perut bawah
Jika sudah mengalami hal-hal seperti yang disebutkan pada daftar di atas, ada kemungkinan sangat besar seseorang terkena kanker serviks dan sudah dalam stadium lanjut.
Penyebab Kanker Serviks
Penyebab utama kanker serviks adalah virus HPV. Virus tersebut dapat menyebar dengan kontak seksual baik dalam persetubuhan secara vaginal, anal, maupun oral.
Terdapat lebih dari 100 macam HPV, yang walaupun kebanyakan aman, namun sebagian dapat menyebabkan perubahan pada sel-sel di leher rahim dan kemudian menyebabkan kanker serviks.
Dua jenis strain HPV (HPV 16 dan HPV 18) diketahui menjadi penyebab kanker serviks pada 70% kasusnya. Dalam hal ini kebanyakan wanita yang mengidap kanker ini tidak merasakan adanya gejala-gejala tertentu.
Virus HPV sangat umum bertransmisi secara seksual. Virus HPV yang tidak menjadi pemicu kanker biasanya akan hilang sendirinya tanpa perlu penanganan apapun. Sayangnya, untuk beberepa orang, infeksi virus terjadi dalam jangka waktu yang lama hingga menyebabkan kanker leher rahim.
Pendeteksian Kanker Serviks
Untuk mencegah penanganan yang terlambat, dibutuhkan pendeteksian kesehatan leher rahim sehingga jika terjadi hal yang tidak diinginkan dapat ditangani lebih cepat.
Terdapat dua macam cara untuk mendeteksi apakah seseorang sudah terjangkit kanker serviks atau belum, yaitu dengan melakukan prosedur ‘Pap test’ dan ‘HPV test. Secara umum keduanya hampir mirip.
Pap test dilakukan dengan menyeka dinding leher rahim dengan sebuah alat yang mirip prinsip kerjanya dengan cotton bud untuk telinga. Kemudian hasilnya akan dites oleh laboratorium apakah ada sel-sel yang dicurigai sebagai sel kanker maupun sel pra-kanker.
Sementara itu, HPV test dilakukan juga dengan prosedur yang sama dengan pap test, namun dengan tambahan pengetesan materi genetik sel yang mungkin mengacu pada HPV. Pengecekan dilakukan hingga DNA dan RNA sel untuk mengetahui apakah ada strand HPV yang berbahaya tumbuh.
American Cancer Society merekomendasikan wanita untuk memulai pap test pada usia 21 tahun, dan dilakukan setiap 3 tahun sekali. Sementara setelah berusia 30 tahun, pap test diikuti dengan HPV test. Jika hasil tes HPV negatif, maka pemeriksaan dapat dilakukan dalam jangka 5 tahun sekali.
Jika kanker serviks terdeteksi lebih dini, maka penanganan terhadapnya akan lebih mudah dilakukan. Menurut data dari American Cancer Society, kasus kematian karena kanker ini telah berkurang dari 50% menjadi 30% selama 30 tahun terakhir.
Pencegahan yang paling efektuf untuk mendeteksi kanker serviks ialah dengan rutin melakukan kedua tes yang sudah dijelaskan, sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya kanker yang menakutkan bagi wanita ini.
Pencegahan Kanker Serviks
Mungkinkah mencegah kanker serviks? Jawabannya ya, sangat mungkin jika Anda hidup sehat dan rutin melakukan pemeriksaan.
Wanita yang berusia antara 9-26 tahun dapat diberikan vaksin. Terdapat berbagai macam vaksin HPV yang keseluruhannya menjaga tubuh dari serangan HPV tipe 16 dan 18, yang mana merupakan tipe yang paling berisiko menyebabkan kanker. Vaksin ini mulai populer semenjak tahun 2008.
Wanita yang merokok juga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker serviks. Oleh karena itu, jika anda ingin memperkecil kemungkinan terkena kanker ini, hindarilah tembakau bakar dari sekarang.
Pengobatan Kanker Serviks
Berikut 3 jenis pengobatan yang umum dilakukan kepada penderita kanker serviks:
1. Histerektomi (Operasi Pengangkatan Rahim)
Jika kanker serviks sudah terdiagnosis pada stadium awal, biasanya memungkinkan untuk dilakukan pengobatan secara operasi. Operasi yang dilakukan bernama histerektomi, atau lebih dikenal dengan pengangkatan rahim.
Setelah proses histerektomi, jika dilakukan sebelum masa menopause seorang wanita tidak dapat hamil sepanjang hidupnya. Di negara Inggris, sekitar 30 ribu operasi histerektomi dilakukan dan kebanyakan adalah wanita berusia 40-50 tahun.
2. Radioterapi
Radioterapi merupakan pengobatan menggunakan radiasi berenergi tinggi (sinar X) yang biasanya dilakukan setelah prosedur operasi dilakukan. Radioterapi seringkali dikombinasikan dengan kemoterapi.
Dengan menjalani radioterapi, radiasi berenergi tinggi mengenai DNA sel kanker yang kemudian menyebabkannya mati. Jaringan di sekitar bagian yang diradiasi berupa sel non-kanker juga akan rusak namun biasanya akan tergantikan dan tumbuh kembali secara normal.
Radioterapi memiliki beberapa efek samping, yaitu fisik yang kelelahan, rontoknya rambut, kulit yang terasa perih di bagian yang dikenakan sinar radiasi. Pada kasus kanker serviks, radiasi juga menyebabkan infertilitas (ketidaksuburan) permanen.
3. Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan dengan menginjeksikan obat-obatan anti kanker ke dalam aliran darah, menyebabkannya mampu memerangi sel kanker yang menyebar dalam tubuh.
Kemoterapi untuk kanker serviks dilakukan dalam dua pilihan. Pilihan pertama yaitu menggunakan cisplatin yang diberikan satu minggu sekali, yang dilakukan 4 jam sebelum proses radioterapi. Pilihan kedua menggunakan cisplatin dan 5-fluororacil (5-FU) setiap satu bulan sekali selama proses radioterapi.
Obat-obatan lainya yang juga mungkin digunakan antara lain carboplatin, paclitaxel, topotecan, dan gemcitabine.
Kemoterapi memiliki efek samping berupa mual, kehilangan nafsu makan, rambut rontok, mulut terasa kering, dan fisik yang lelah. Untuk wanita yang tidak melakukan pengangkatan rahim, perubahan siklus menstruasi sangat mungkin pula terjadi.
Karena proses kemoterapi dapat merusak sel pemroduksi darah pada sumsum tulang belakang, maka sel darah juga dapat berkurang.
Itulah penjelasan singkat tentang gejala, penyebab, dan pengobatan kanker serviks. Semoga bermanfaat bagi Anda.