Kanker Usus Besar: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Kanker usus besar atau sering pula dikenal dengan kanker kolon merupakan penyakit yang ditandai dengan tumbuhnya sel-sel kanker yang membelah secara cepat sehingga awalnya membentuk tumor pada bagian kolon.

Perlu diwaspadai bagi Anda yang sudah lanjut usia maupun memiliki anggota keluarga yang juga pernah menderitanya, karena dengan itu risiko Anda terkena kanker usus besar meningkat.

Berikut kami sajikan beberapa gejala, penyebab, serta pengobatan untuk kanker usus besar.

Gejala Kanker Usus Besar

Kanker usus besar dapat menyerang siapa saja, terutama para lansia yang sudah berumur lebih dari 50 tahun. Diperkirakan sekitar 90% penderita kanker kolon merupakan golongan tersebut.

Ilustrasi kanker usus besar

Terdapat berbagai macam gejala yang menandakan sel-sel kanker mulai berkembang pada usus besar, berikut merupakan beberapa diantaranya yang perlu diwaspadai.

  • Perubahan pada kinerja usus, yang berdampak diare, konstipasi, atau perubahan tekstur feses dalam waktu lama, lebih dari empat minggu.
  • Pendarahan saat buang air besar
  • Keram atau nyeri pada perut
  • Terjadi penurunan berat badan tanpa sebab
  • Perut sering terasa kembung
  • Kehilangan nafsu makan
  • Kadar sel darah merah yang lebih rendah dari normal (anemia)

Sel-sel kanker kolon seringkali melukai jalur pencernaan sehingga terbawa menuju pengeluaran akhir bersama feses, yang seringkali berwarna kehitaman.

Kehilangan sejumlah darah lama-kelamaan menyebabkan anemia, sehingga terkadang pertanda pertama seseorang terkena kanker kolon adalah anemia.

Gejala-gejala kanker usus besar untuk tiap penderitanya mungkin berbeda-beda, namun sebagian besar mirip seperti dengan yang disebutkan diatas. Jika Anda atau kerabat mengeluhkan keadaan seperti diatas, ada baiknya untuk langsung memeriksakan ke dokter sehingga penanganan dapat dilakukan lebih awal.

Penyebab Kanker Usus Besar

Pada kebanyakan kasus, tidak menentu apa yang menjadi penyebab seseorang mengalami kanker usus besar. Namun secara medis, kanker kolon terjadi saat sel-sel di dalam usus besar mengalami kesalahan DNA.

Sel dalam tubuh terus tumbuh untuk menjaga organ tubuh berfungsi secara normal. Namun, saat DNA sel mengalami kerusakan dan kemudian bersifat kanker,sel terus tumbuh tanpa bisa terkendali sehingga terakumulasi dan membentuk tumor.

Seiring berjalannya waktu, sel-sel kanker tersebut dapat menginvasi dan menghancurkan jaringan di dekatnya, juga tersebar menuju bagian tubuh lainnya.

Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab kanker kolon antara lain:

1. Faktor Keturunan

Jika Anda mempunyai keluarga dengan riwayat kanker, maka besar kemungkinan Anda juga memiliki risiko yang tinggi terkena kanker kolon. Apalagi jika salah satu anggota keluarga menderita penyakit kanker pada usus besar.

2. Usia senja

Kebanyakan penderita dari kanker kolon merupakan lanjut usia yang berusia lebih dari 50 tahun. Walaupun tidak menutup kemungkinan terjadi pula pada Anda yang masih muda, namun frekuensinya jauh lebih sedikit.

3. Peradangan usus

Peradangan usus besar dalam tahap kronis seperti kolitis ulseratif atau penyakit Crohn dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker kolon.

4. Kurang serat dan tinggi asupan lemak

Kanker usus besar juga dapat diakibatkan oleh tidak menjaga pola makan dengan baik sehingga usus kekurangan serat. Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa orang yang terlalu banyak mengonsumsi daging merah lebih tinggi kemungkinannya terkena kanker kolon.

5. Gaya hidup kurang sehat

Kurang berolahraga dan secara fisik kurang aktif juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kanker kolon. Apalagi jika Anda merupakan seorang perokok dan pecandu alkohol.

6. Obesitas

Berat badan berlebih juga dapat meningkatkan kanker kolon. Salah satu hipotesisnya antara lain dikarenakan tingginya kadar insulin pada orang yang menderita obesitas memacu pembentukan sel-sel kanker kolon.

7. Radiasi

Terdapat pula kasus dimana sebelumnya penderita kanker kolon pernah menderita kanker di bagian tubuh lain. Kemudian selama pengobatan radiasi dari terapi penyembuhan mengganggu sel-sel dalam usus besar dan memicu terbentuknya sel kanker kolon.

8. Diabetes

Penderita diabetes tipe 2 mengalami resistansi terhadap insulin pada sel-sel tubuhnya. Hal ini juga dapat menjadi penyebab terbentuknya sel kanker.

Pengobatan Kanker Usus Besar

Berikut 3 cara medis untuk mengobati kanker usus besar.

1. Operasi Laparoskopi

Operasi bertujuan untuk mencabut sel-sel tumor beserta seluruh jaringan yang berada di sekitar sel-sel tumor tersebut.

Dalam penanganan dengan operasi, biasanya sel-sel sehat di sekeliling tempat tumbuhnya sel kanker juga ikut dicabut demi mencegah adanya sel-sel kanker yang tertinggal.

Dengan teknik operasi laparoskopi, pasien dibius dengan anestesi sehingga tidak merasakan sakit saat sel kanker diangkat dari tubuh.

Dinamakan laparoskopi karena setelah sayatan kecil dibuat pada bagian yang dekat dengan sel kanker, akan dimasukkan sebuah alat bernama laparoskop yang pada ujungnya terdapat kamera serta lampu kecil untuk memudahkan para ahli bedah.

Operasi laparoskopi cukup efektif seperti halnya operasi konvensional untuk mengangkat sel kanker.

2. Terapi dengan Radiasi

Alternatif lainnya untuk menghilangkan atau menekan pertumbuhan sel-sel kanker adalah dengan melakukan terapi radiasi menggunakan sinar-X berenergi tinggi.

Dokter yang memiliki spesialisasi memberikan terapi radiasi disebut dengan onkologi radiasi.

Pada kasus kanker kolon, terapi radiasi dapat dilakukan setelah operasi, apabilah sel-sel kanker menempel pada organ dalam atau dinding perut. Jika dirasa operasi belum sepenuhnya mengankat seluruh sel kanker, radiasi dapat dilakukan untuk memastikan seluruh sel kanker yang tersisa dihancurkan.

Radiasi juga dapat dilakukan untuk penderita kanker kolon yang tidak cukup sehat untuk dioperasi. Juga dapat dilakukan jika sel-sel kanker menyebar ke bagian tulang maupun otak.

Radiasi yang paling banyak diterapkan untuk pendrita kanker kolon ialah terapi radiasi external beam. Radiasi ini dilakukan 5 hari dalam seminggu pada rentang waktu beberapa minggu, tergantung dari alasan dilakukannya serta faktor lain.

Beberapa efek samping yang dapat dialami seseorang yang diterapi menggunakan radiasi antara lain iritasi kulit pada bagian yang dipaparkan sinar X, iritasi rektum yang dapat menyebabkan diare, nyeri pada perut, iritasi ginjal, sakit saat buang air kecil, serta kelelahan. Kebanyakan efek samping ini semakin berkurang saat pengobatan selesai.

3. Kemoterapi

Kemoterapi dapat diberikan sebelum maupun setelah dilakukan operasi. Jika dilakukan setelah operasi, seringkali digabungkan dengan radiasi.

Kemoterapi yang diberikan setelah operasi dinamakan adjuvant chemo, yang bertujuan untuk membunuh sel kanker yang tersisa dalam tubuh yang terlalu kecil untuk terlihat. Hal ini membantu penurunan risiko kembalinya sel kanker.

Sementara itu kemoterapi yang dilakukan sebelum operasi dinamakan dengan neoadjuvant chemo, bertujuan untuk menyusutkan sel kanker dan memudahkan proses berjalannya operasi.

Pengobatan kanker kolon dengan kemoterapi didukung dengan beberapa jenis obat, diantaranya 5-FU (5-Fluorouracil), Capecitabine dalam bentuk pil, Irinotecan, Oxaliplatin, serta Trifluridine.

Seringkali dua macam dari obat-obatan tersebut digabungkan untuk membuat pengobatan lebih efektif.

Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara membunuh sel-sel yang membelah secara cepat, sehingga sangat efektif untuk melawan sel kanker.

Namun, terdapat sel-sel dalam tubuh yang secara normal memang tumbuh dengan cepat, seperti sumsum tulang belakang, sel folikel rambut, dan dinding usus, yang juga dapat terkena efek samping. Itulah mengapa orang yang telah lama menjalani kemoterapi mengalami kebotakan serta efek samping lainnya.

Kanker usus besar memang cukup berbahaya dan mengganggu, apalagi jika dialami di usia yang sudah senja. Untuk mencegahnya, diperlukan gaya hidup yang sehat dan komitmen yang tegas pada diri sendiri untuk menghindari penyebab-penyebabnya, sehingga jauh dari penyakit ini dan pengobatan tidak perlu dilakukan.

Kanker Usus Besar: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan